Pohuwato-(kabarsindikat.id) Menjadi Hebat bukan tentang siapa kita dan sebesar apa Kuasa kita atau sebanyak apa uang yang kita punya. Menjadi hebat adalah tentang semanusia apa kita memanusiakan manusia, mengolah peristiwa menjadi introspeksi dan membuang yang menjadi duri.Karena Sekuatnya Besi yang membuatnya hancur adalah karatnya Sendiri
Ditemui di Ruangannya, Kepala Satuan Reserse dan Kriminal, AKP Khoirunas S.I.K. M. H banyak membagikan pengalamannya di tempat tugas lain sebelum ia di tugaskan di Polres Pohuwato .
” Pernah suatu hari saya ditugaskan harus ke pelosok untuk amanah penting, perjalanan yang saya tempuh menerobos hutan belantara, pulangnya sudah menjelang maghrib, tiba-tiba ban motor yang saya kendarai pecah padahal perjalanan yang harus saya tempuh masih sangat jauh dan terjal, otak saya berkecamuk, sumpah saya bukan takut hantu tapi takut jangan nanti ada orang jahat atau mungkin orang bunian(orang hutan-red) yang mau nyerang saya, tiba-tiba ada mobil pik-up yang mendekati saya sambil bertanya apa kendala motor saya, pada saat itu saya masih sedikit takut jangan-jangan ini begal atau apa, tapi ternyata di luar dugaan saya di tolong beliau, motor saya di angkut di bawa ke bengkel, di suruh perbaiki bahkan sampai di bayarin pula, saya bersikeras menolak namun bapak ini hanya bilang ke saya satu kalimat, komdan mungkin lupa saya adalah orang yang komdan pernah tolong tempo hari sekitar enam tahun lalu,katanya saya sudah lupa mungkin saya pernah menolong mengantarkan beliau yang pada saat itu masih jualan.masya allah dari peristiwa ini mata hati saya terbuka lebar, betapa sekecil-kecil kebaikan yang diberi dengan tulus akan kembali lagi kepada si empunya”tuturnya penuh haru.
Dalam diskusi yang sama pula, AKP Khoirunas menjelaskan Kapasitasnya sebagai APH yang menangani kasus-kasus kriminal mungkin terlihat ‘Wow’ di mata orang, tapi apakah kita tau bahwa semua individu memiliki kehebatannya di bidangnya masing-masing
“Saya, meskipun polisi tapi bisanya ya mengayomi dan menjalankan tugas kepolisian, tapi saya belum tentu mahir nambal ban, lah contohnya pecah ban itu mana bisa saya perbaiki. meskipun ada alatnya, ya saya juga nggak punya skil nambal ban. jadi saya butuh mekanik buat benerin ban saya” celetuknya.
Terdengar ringan dan penuh candaan tapi sarat makna filosofi tentang simbol kemanusiaan.
Sebelum menutup pertemuan pada siang jumat siang di ruangannya. Ia sempat berpesan ” jangan kita hanya mencari kesalahan orang hanya demi tendensi pribadi, jangan menggunakan arogansi untuk di hormati atau bahkan menggunakan kesempatan untuk manfaat sendiri. Ingatlah setiap pribadi hebat dalam bidangnya, jika terpelihara hubungan sesama manusia mana tau suatu saat dialah yang menolong kita” Tutupnya.
Redaktur S.A