Pohuwato, KABARsindikat.ID – Kekhawatiran masyarakat terkait penyebaran penyakit campak dan malaria di Kabupaten Pohuwato kian menguat Kamis (11/09). Melalui pesan singkat WhatsApp, warga Rusun Marisa, Amelia Mandagi, mengungkapkan niatnya untuk mendatangi Puskesmas guna meminta data resmi terkait kasus campak yang menurutnya semakin meluas bahkan telah menelan korban jiwa.
Amelia menuturkan, ketika dirinya sempat berdiskusi dengan pihak Puskesmas, diakui bahwa jumlah pasien campak cukup tinggi hingga ruang perawatan di RS Bumi Panua penuh. Kondisi tersebut membuat sebagian pasien diarahkan untuk menjalani perawatan mandiri di rumah. Ironisnya, sebagian masyarakat justru membiarkan anak-anak yang terinfeksi campak tetap beraktivitas di luar rumah, sehingga potensi penularan semakin meluas.
“Banyak pasien ditolak karena penuh, disuruh rawat mandiri. Tapi ada juga orang tua yang membiarkan anaknya berkeliaran meski sakit campak. Ini yang membuat penularan makin cepat di Marisa,” keluh Amelia.
Menanggapi hal itu, Kepala Puskesmas Marisa, Yulita Makahekung, menjelaskan bahwa kasus campak kini mulai mengalami penurunan setelah penanganan intensif dilakukan. Namun, ia menegaskan bahwa tantangan besar justru terletak pada aspek pencegahan, khususnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
“Sebagian masyarakat masih menolak imunisasi. Bahkan ada tenaga medis kami yang mendapat ancaman dengan senjata tajam saat melakukan sosialisasi. Padahal, vaksin campak merupakan bagian dari program imunisasi rutin dan terbukti efektif mencegah wabah,” tegas Yulita.
Pihak Puskesmas, lanjutnya, terus berupaya melakukan pendekatan persuasif melalui edukasi langsung kepada masyarakat. Strategi ini difokuskan pada penyadaran bahwa imunisasi bukan hanya melindungi individu, tetapi juga membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang sangat penting untuk mencegah terulangnya kejadian luar biasa (KLB) di masa mendatang.
Di sisi lain, kasus malaria masih menjadi ancaman tambahan bagi kesehatan masyarakat Pohuwato. Upaya preventif berupa pembagian kelambu, fogging, serta edukasi tentang pola hidup bersih dan sehat terus digencarkan. Namun tanpa dukungan masyarakat, program ini sulit berjalan optimal.
Secara medis, campak memang tidak memiliki terapi khusus. Penanganan biasanya dilakukan melalui pemberian vitamin A dan perawatan suportif guna mempercepat proses pemulihan. Oleh karena itu, vaksinasi tetap menjadi instrumen paling efektif dalam upaya memutus rantai penularan.
Kondisi ini menjadi cerminan bahwa tantangan kesehatan masyarakat bukan hanya bersifat medis, melainkan juga sosial-kultural. Minimnya pemahaman, resistensi terhadap imunisasi, hingga rendahnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap institusi kesehatan, menjadi pekerjaan rumah serius bagi Dinas Kesehatan Pohuwato ke depan.
TimRedaksi