Pohuwato-(kabarsindikat.id)Kejadian Luar Biasa (Rapor Merah DIKES Pohuwato; Kematian Bayi Meningkat
(KLB)penyakit Malaria kini kembali melanda Kabupaten yang dielu-elukan sebagai wilayah eliminasi malaria pada tahun 2022, Fenomena ini lantas merubah Kabupaten Pohuwato menjadi daerah dengan dua krisis kesehatan sekaligus; KLB malaria dan lonjakan kematian bayi.(10/10)
Ironisnya, semua ini terjadi di bawah kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan Fidi Mustafa, S.KM.,M.Si,
Warga yang mulai kehilangan kesabaran menegaskan bahwa keterkaitan PETI yang seolah menjadi stadium akhir bukan satu-satynya muara dari berbagai penyakit yang kembali mulai mengancam masyarakat kabupaten
Usman Nggilu, warga Desa Duhiadaa kepada mendia menjelaskan kegagalan paling fatal ini dikarenakan kinerja Dinas Kesehatan yang lalai menjalankan tugas dalam program pencegahan penyakit yang sempat menjadi momok paling menakutkan di Kabupaten Pohuwato.
“Tambang di sini sudah lama ada, tapi dulu tidak pernah sampai segini parah. Jadi jangan terus sembunyikan kegagalan dengan alasan tambang!”tegasnya.
Pernyataan ini menggambarkan kekecewaan masyarakat kepada Dinas Kesehatan yang dinilai lumpuh total dalam program pencegahan yang tidak berjalan, pengawasan lapangan yang lemah, dan edukasi masyarakat nyaris hilang.
Fakta bahwa Pohuwato pernah bebas malaria saat aktivitas tambang liar juga sudah ada, membantah dalih bahwa tambang menjadi biang utama justru menjadi masalah sebenarnya.
Manajemen kesehatan yang kacau dan lemahnya kepemimpinan di tingkat dinas menjadi faktor utama lonjakan kematian bayi yang kian menambah Raport merah Dinas Kesehatan
Dirilis dari media Nasional www.liputan6.com pada 4 Oktober 2025 Dalam beberapa bulan terakhir,Sepuluh bayi meninggal dunia di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, sepanjang Januari hingga September 2025. Sebagian besar kasus diduga karena terlambat ditangani, dengan indikasi lemahnya koordinasi lintas sektor dalam sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak. angka kematian
adalah indikator paling tragis dari sebuah sistem kesehatan yang gagal di Pohuwato.
Menanggapi hal ini Kementerian Kesehatan memang belum memberi penyataan terbuka namun masyarakat sudah lebih dulu menilai bahwa fakta di lapangan karena mismanagement dari Dikes itu “Kalau dulu bisa bebas malaria, berarti yang rusak sekarang bukan alamnya melainkan sistem kerjanya,” tegas salah satu masyarakat Desa Hulawa.
Kini, publik menuntut evaluasi total terhadap pimpinan Dinas Kesehatan. Pohuwato tidak butuh alasan, tapi tindakan nyata dan pemimpin yang bertanggung jawab. Bila kepala dinas tak lagi mampu memimpin, mundur adalah pilihan paling terhormat sebelum rakyat benar-benar kehilangan kepercayaan.
Redaktur NM






















